PROBLEM SOLVING
DALAM
PSIKOLOGI KOGNITIF
Disusun
untuk memenuhi Tugas Makalah
Mata
Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen
Pengampu: Trubus Raharjo, S.Psi., M.Si
Di susun Oleh :
Mutia Hafidhyah
Rohmah (2012-60-019)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
MURIA KUDUS
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami mampu
menyusun makalah ini. Namun, dalam usaha penulis
telah berusaha mencurahkan segala kemampuan guna terciptanya makalah yang berjudul ”Problem Solving dalam Psikologi
Kognitif” yang mana merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
guna melengkapi tugas mata kuliah ”Psikologi Pendidikan”.
Semoga
dengan sedikit ilmu pengetahuan yang kami sampaikan melalui makalah ini, dapat
menambah wawasan bagi para pembaca. Oleh karena itu, mohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Akhir kata kami mohon maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Kudus, 20 Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..2
A.
Pengertian Problem
Solving………...……………………………………………………..2
B.
Metode Pemecahan
Masalah………………………….…………………………………...3
C.
Problem Solving
dalam Psikologi Kognitif......................................... ………………….4
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………...6
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………………...6
Daftar Pustaka………………………………………………………………………...……….7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Penulisan
Dalam menjalani
hidup, kita mengalami berbagai permasalahan. Oleh karena itu, problem solving
atau pemecahan masalah merupakan sesuatu yang biasa dalam hidup manusia. Dalam
memecahkan masalah seseorang harus melalui berbagai langkah seperti mengenal
setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan
masalah itu, dan dalam segala langkah pasti memerlukan sebuah pemikiran. Jadi,
kebanyakan aktivitas problem solving (pemecahan masalah) melibatkan proses
berpikir atau kognitif.
Problem solving
atau pemecahan masalah adalah suatu aktivitas pengambilan jalan keluar agar
terjadi kesesuaian antara hasil yang diharapkan. Problem solving atau pemecahan masalah melibatkan
membandingkan hal-hal, tetapi selalu ditujukan untuk datang ke semacam solusi.
Satu hal yang kita tahu tentang pemecahan masalah adalah bahwa hal itu biasanya
jauh lebih sulit bagi orang untuk melakukan ketika masih dalam bentuk abstrak.
B. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
melengkapi tugas makalah ”Problem Solving dalam Psikologi Kognitif” dalam
mata kuliah ”Psikologi Pendidikan”.
2.
Untuk
mengetahui apa problem solving atau pemecahan masalah.
3.
Untuk
mengetahui hubungan antara problem solving atau pemecahan masalah dalam
psikologi kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Problem Solving
Problem solving atau pemecahan masalah oleh Evans (1991)
didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan
keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang
(present state) menuju kepada situasi yang diharapkan (future state atau desire
goal). Sedangkan menurut Hunsaker, problem solving atau pemecahan masalah
didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidak-sesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker,
2005).
Problem solving atau pemecahan masalah melibatkan
membandingkan hal-hal, tetapi selalu ditujukan untuk datang ke semacam solusi.
Satu hal yang kita tahu tentang pemecahan masalah adalah bahwa hal itu biasanya
jauh lebih sulit bagi orang untuk melakukan ketika masih dalam bentuk abstrak.
Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah
pengambilan keputusan (decision making), yang didefinisikan sebagai memilih
solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan
yang tidak tepat, akan mempengaruhi kualitas hasil dari pemecahan masalah.
Secara umum dikemukakan bahwa problem timbul apabila ada perbedaan atau konflik
antara keadaan satu dengan lain dalam rangka untuk mencapai tujuan, atau juga
sering dikemukakan apabila ada kesenjangan antara das Sein dan das Soilen.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam problem solving adalah directed,
yang mencari pemecahan dan dipacu untuk
mencapai pemecahan masalah tersebut.
B. Metode
Pemecahan Masalah
Pada dasarnya tata cara, prosedut atau strategi yang
dapat digunakan untuk memecahkan masalah ada dua macam:
1.
Algoritma
Suatu perangkat aturan atau tata cara yang apabila aturan
ini diikuti dengan benar makan akan ada jaminan adanya pemecahan terhadap
masalah. Strategi ini dijalankan tanpa pengetahuan khusus yang dapat membimbing
seseorang ke arah pemecahan masalah. Cara ini boleh dikatakan trial and error
secara buta. Dalam hal ini terdapat dua macam bentuk, yaitu:
a.
Penemuan
acak tidak sistematis (unsystematic random search)
Cara ini ditempuh dengan mencoba semua jalan, sehingga
dapat terjadi pencarian dua kali atau lebih pda jalan atau cara yang sama.
a.
Penemuan
acak sistematis (systematic random search)
Setiap jalan atau cara yang pernah ditempuh dicatat,
sehingga tidak akan terjadi pengulangan pada cara yang sama yang dianggap tidak
berhasil.
Metode penemuan secara acak hanya efisien pada ruang
masalah yang sempit, sementara ruang permasalahan yang luas dan barangkali
lebih tepat jika digunakan pendekatan heuristik.
2.
Heuristik
Pendekatan
heuristik dapat didefinisikan sebagai proses penggunaan pengetahuan seseorang
untuk mengeidentifikasi sejumlah jalan atau cara yang akan ditempuh dan
dianggap menjanjikan bagi penemuan pemecahan suatu masalah. Ada beberapa metode
dalam pendeaetan heuristik yaitu:
a.
Proximity
Methods
Seseorang menempuh jalan atau cara yang dipersepsi lebih
mendekati tujuan yang diinginkan.
b.
Analogi
Analogi dapat dilakukan dengan cara membandingkan pola
masalah yang tengah dihadapi dengan pola masalah serupa yang pernah dialami
baik oleh orang yang bersangkutan atau orang lain.
c.
Maching
Cara ini hampir
sama dengan metode kedekatan. Seseorang memahami situasi yang tengah dihadapi
dengan tujuan yang diinginkan. Lalu ia membandingkan dengan pengetahuan yang
ada di ingatannya.
d.
Generate-Test
Method
Problem solving atau pemecahan masalah membutuhkan dua
tahapan proses. Pertama, satu cara atau strategi pemecahan yang paling memungkinkan
dicari atau dihasilkan. Kedua, gagasan pemecahan yang dihasilkan di uji apakah
dapat berjalan dengan baik atau efektif. Jika belum berhasil, akan dicari cara
pemecahan lain yang paling memungkinkan kemudian diuji atau dipraktikkan.
Demikian seterusnya sampai diketemukan jalan pemecahan atas masalah itu.
e.
Means-Ends
Analysis
Orang yang menghadapi masalah mencoba membagi
permasalahan menjadi bagian-bagian tertentu dari permasalahan tersebut.
f.
Backward
Search
Strategi ini dilakukan dengan berjalan mundur. Dengan
maksud meminta orang memulai pda tujuan yang diinginkan (goal state) dan
bergerak mundur ke belakang menuju pada
keadaan yang dihadapi semula (original state).
g.
Forward
Search
Strategi berjalan ke depan, sebagai kebalikan dari
strategi berjalan mundur. Seseorang memulai dari kenyataan yang dihadapi,
kemudian secara bertahap bergerak menuju pada tujuan akhir yang diinginkan.
C. Problem
Solving (Pemecahan Masalah) dalam Psikologi Kognitif
Dalam
perkembangannya, istilah kognitif menjadi popular sebagai salah satu wilayah
psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan
yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman,
memperhatikan, memberikan menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi,
pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan,
berpikirm dan keyakinan termasuk kejiwaan yang berpusat di otak juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan rasa.
Menurut
penelitian bahwa tahap-tahap perkembangan individu atau pribadi serta perubahan
umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget menyebut bahwa
struktur kognitif sebagai skemata (Schemas) yaitu kumpulan dari skema-skema.
Skema berkembang secara kronologis sebagai hasil interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu lebih dewasa memiliki
struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Pemantauan
kognitif (cognitive monitoring) adalah proses pencatatan hal-hal yang sedang
dikerjakan, apa yang akan dikerjakan kemudian, dan seberapa efektif kegiatan
mental tersebut berkembang. Pemantauan kognisi selain untuk memahami dan
memecahkan masalah sosial, juga penting dalam memecahkan masalah yang berkaitan
dengan aspek non sosial dari inteligensi.
Orang tua,
guru, dan teman sebaya dapat menjadi sumber yang efektif untuk meningkatkan
pemantauan kognitif remaja. Pengajaran timbal balik adalah strategi pengajaran
yang semakin banyak dipakai. Sedangkan Pemrosesan informasi sosial memusatkan
perhatian pada cara seseorang menggunakan proses kognitifnya, seperti
perhatian, persepsi, ingatan, pemikiran, penalaran, harapan dan seterusnya
untuk memahami dunia sosial mereka.
Berkaitan erat
dengan keterampilan pengambilan keputusan yang tepat adalah berpikir kritis.
Berpikir kritis meliputi kemampuan seseorang untuk memahami makna yang mendalam
dari suatu masalah, keterbukaan pikiran terhadap berbagai pendekatan atau
pandangan yang berbeda, dan menentukan sendiri hal yang diyakininya. Agar
pemikiran kritis dapat berkembang secara efektif, dibutuhkan dasar yang kuat
dalam hal keterampilan dan pengetahuan dasar di masa kanak-kanak.
Menurut
Piaget, intelegensi terditri dari tiga aspek, yaitu:
1. Struktur
(Scheme)
2. Isi
(Content): pola tingkah laku spesifik ketika individu menghadapi masalah.
3. Fungsi
(Fungtion). Dua macam fungsi invariant:
a. Organisasi:
kecapkapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk
system-sistem yang saling berhubungan.
b. Adaptasi:
penyesuaian diri indivdu terhadap lingkungannya. Proses terjadi adaptasi Dari
skemata telah terbentuk dengan stimulus baru yang dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Asimilasi:
proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang
telah terbentuk/proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk
mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2. Akomodasi:
proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara
tidak langsung/proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.
Dalam struktur kognitif setiap individu
pasti ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini agar
dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang
dihadapi. Pada dasarnya pekembangan kognitif adalah perubahan dari keseimbangan
yang dimiliki keseimbangan baru yang diperolehnya.
Piaget mengindentifikasi empat factor
yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu:
1. Kematangan
2. Pengalaman
fisik/lingkungan
3. Transmisi
social
4. Equilibrium : Mekanisme
yang diajukan piaget untuk menjelaskan cara anak berpindah dari satu tahap
berpikir ke tahap berikutnya. Perpindahan terjadi ketika anak mengalami konflik
kognitif atau ketidakseimbangan. Akhirnya, anak menyelesaikan konflik dan
mencapai keseimbangan atau equilibrium pikiran.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Problem solving atau pemecahan masalah adalah suatu
aktivitas pengambilan jalan keluar agar terjadi kesesuaian antara hasil yang
diharapkan. Problem solving atau pemecahan masalah melibatkan membandingkan hal-hal, tetapi
selalu ditujukan untuk datang ke semacam solusi. Satu hal yang kita tahu
tentang pemecahan masalah adalah bahwa hal itu biasanya jauh lebih sulit bagi
orang untuk melakukan ketika masih dalam bentuk abstrak.
Dalam memecahkan masalah seseorang harus melalui berbagai
langkah seperti mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan
yang berkenaan dengan masalah itu, dan dalam segala langkah pasti memerlukan
sebuah pemikiran. Jadi, kebanyakan aktivitas problem solving (pemecahan
masalah) melibatkan proses berpikir atau kognitif.
DAFTAR
PUSTAKA
Kasijan, Z. 1984. Psikologi Pendidikan. PT. Bina Ilmu: Surabaya
MS, Suharman. 2005.
Psikologi Kognitif. Srikandi: Surabaya
Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara:
Jakarta
Jarvis, Matt. 2000. Teori-teori Psikologi. Nusa Media: Bandung
Walgito,
Prof. Dr. Bimo. 2003. Pengantar Psikologi
Umum. Andi: Yogyakarta
Boeree.
Dr.C.George. 2004. Personality Theories.
Prismasophie: Yogyakarta